Abstraksi
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan Februari 2014, NTP Provinsi Aceh mengalami peningkatan sebesar 0,37 persen dibanding bulan Januari 2014, yaitu dari 98,15 menjadi 98,51. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani menurun sebesar 0,11 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, terdapat 4 subsektor mengalami peningkatan nilai indeks yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,60 persen, subsektor Perikanan sebesar 0,50 persen, subsektor Hortikultura sebesar 0,47 persen, dan subsektor Peternakan sebesar 0,44 persen, sedangkan 1 subsektor tidak mengalami perubahan yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Februari 2014 naik sebesar 0,25 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It juga terjadi pada semua subsektor yaitu berturut-turut adalah subsektor Peternakan naik sebesar 0,45 persen, subsektor Perikanan naik sebesar 0,39 persen, subsektor Hortikultura naik sebesar 0,35 persen, subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,34 persen, sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 0,04 persen.
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP Februari 2014 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 16 Provinsi yang mengalami peningkatan dan 17 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Maluku Utara sebesar 0,89 persen, diikuti Kalimantan Timur sebesar 0,82 persen, dan Sulawesi Utara Tengah sebesar 0,82 persen.
Sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 1,97 persen, diikuti Kepulauan Riau sebesar 1,01 persen, dan Yogyakarta sebesar 0,79 persen. Provinsi Aceh berada pada urutan 6 peningkatan NTP tertinggi yaitu sebesar 0,37 persen.
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Februari 2014 terjadi deflasi di pedesaan sebesar 0,22 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 109,74 pada bulan Januari 2014 menjadi 109,49 pada bulan Februari 2014.
Deflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan Februari 2014 disebabkan oleh turunnya harga-harga barang pada subkelompok Bahan Makanan sebesar 0,57 persen; dan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,08 persen. Sedangkan kelompok Kesehatan naik sebesar 0,40 persen; Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga sebesar 0,25 persen; Sandang sebesar 0,16 persen; Transportasi & Komunikasi sebesar 0,08 persen; dan Perumahan naik sebesar 0,06 persen.
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Februari 2014, terdapat 4 Provinsi yang mengalmi deflasi dengan deflasi tertinggi terjadi di Provinsi Aceh sebesar 0,22 persen. Selebihnya sebanyak 5 Provinsi mengalami inflasi, dengan Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 0,56 persen. Terdapat 1 Provinsi yang tidak mengalami perubahan indeks, yaitu Provinsi Jambi.
Selama Februari 2014, Di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,91 persen. Di tingkat penggilingan, juga terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,95 persen. Dibandingkan bulan lalu, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Februari 2014 turun sebesar Rp 92,42 per kg menjadi Rp 4.755,36 per kg. Sedangkan harga kualitas GKG di Petani mencapai Rp 5.133,33 per Kg.