Abstraksi
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan April 2014, NTP sebesar 98,71 mengalami penurunan indeks sebesar 0,21 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,37 persen atau lebih besar bila dibandingkan dengan penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) yang menurun sebesar 0,16 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, terdapat 3 subsektor mengalami penurunan nilai indeks yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,93 persen, subsektor Perikanan sebesar 0,58 dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,07 persen, sedangkan 2 subsektor mengalami peningkatan, yaitu subsektor Hortikultura sebesar 0,44 persen dan subsektor Peternakan sebesar 0,34 persen.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada April 2014 menurun sebesar 0,37 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Penurunan It juga terjadi pada 3 subsektor yaitu berturut-turut adalah yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,14 persen, subsektor Perikanan sebesar 0,83 dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,20 persen, sedangkan 2 subsektor mengalami peningkatan, yaitu subsektor Hortikultura sebesar 0,28 persen dan subsektor Peternakan sebesar 0,25 persen.
Pada bulan April 2014 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) menurun sebesar 0,16 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 108,37 menjadi 108,20. Penurunan Ib terjadi pada semua subsektor, adapun subsektor Perikanan yang mengalami penurunan tertinggi yaitu sebesar 0,25 persen. Sedangkan subsektor Peternakan mengalami penurunan terendah yaitu sebesar 0,09 persen.
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP April 2014 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 16 Provinsi yang mengalami peningkatan dan 17 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah DKI Jakarta sebesar 1,23 persen, diikuti Maluku Utara sebesar 1,11 persen, dan Sumatera Selatan sebesar 0,95 persen.
Sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Jawa Barat sebesar 0,81 persen, diikuti NTB sebesar 0,70 persen, dan Bengkulu sebesar 0,61 persen
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan April 2014 terjadi deflasi di pedesaan sebesar 0,26 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 109,45 pada bulan Maret 2014 menjadi 109,17 pada bulan April 2014.
Deflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan April 2014 disebabkan oleh turunnya harga-harga barang pada subkelompok Bahan Makanan sebesar 0,72 persen dan Sandang sebesar 0,01 persen; Sedangkan subkelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau naik sebesar 0,20 persen; Kesehatan naik sebesar 0,12 persen; Perumahan naik sebesar 0,09 persen; Transportasi & Komunikasi naik sebesar 0,08 persen; dan Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga naik sebesar 0,07 persen.
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan April 2014, terdapat 3 Provinsi yang mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,13 persen. Selebihnya sebanyak 7 Provinsi mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar 0,46 persen.
Selama April 2014, Di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 6,58 persen dan kualitas GKR juga mengalami penurunan sebesar 0,08 persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan April 2014 harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 6,25 persen sedangkan GKR mengalami peningkatan sebesar 1,18 persen. Peningkatan harga kualitas GKR dikarenakan terdapat panen raya di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Tenggara, dan Pidie Jaya, hal ini juga sejalan dengan indikasi penurunan kualitas gabah pada saat panen raya. Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama April 2014 turun sebesar Rp 299,17 per kg menjadi Rp 4.250,83 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 4.348,33 per Kg.