Abstraksi
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan Mei 2014, NTP sebesar 98,37 mengalami penurunan indeks sebesar 0,34 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,03 sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,31persen.
Bila dirinci menurut subsektor, terdapat 3 subsektor mengalami penurunan nilai indeks yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,43 persen, subsektor Peternakan sebesar 0,17 persen, dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,08 persen, sedangkan 2 subsektor mengalami peningkatan, yaitu subsektor Hortikultura sebesar 1,14 persen dan subsektor Perikanan sebesar 0,11 persen.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Mei 2014 menurun sebesar 0,03 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Penurunan It juga terjadi pada 1 subsektor yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,09 persen, sedangkan 4 subsektor mengalami peningkatan yaitu berturut-turut adalah subsektor Hortikultura sebesar 1,42 persen, subsektor Perikanan sebesar 0,42 persen, subsektor Peternakan sebesar 0,26 persen, dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,14 persen.
Pada bulan Mei 2014 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) meningkat sebesar 0,31 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 108,20 menjadi 108,54. Peningkatan Ib terjadi pada seluruh subsektor, adapun subsektor yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu subsektor Peternakan sebesar 0,43 persen, sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami peningkatan terendah yaitu sebesar 0,22 persen.
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP Mei 2014 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 21 Provinsi yang mengalami peningkatan dan 12 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 1,40 persen, diikuti Gorontalo sebesar 0,84 persen, dan Papua Barat sebesar 0,78 persen.
Sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Riau sebesar 1,40 persen, diikuti Banten sebesar 1,32 persen, dan Jambi sebesar 0,86 persen.
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Mei 2014 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,33 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 109,17 pada bulan April 2014 menjadi 109,54 pada bulan Mei 2014.
Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan Mei 2014 disebabkan oleh naiknya harga barang pada subkelompok Bahan Makanan sebesar 0,58 persen; diikuti berturut-turut oleh subkelompok Sandang sebesar 0,25 persen; Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,21 persen; Kesehatan sebesar 0,14 persen; Perumahan sebesar 0,05 persen; Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga sebesar 0,05 persen; dan Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,03 persen
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Mei 2014, terdapat 5 Provinsi yang mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,45 persen. Selebihnya sebanyak 5 Provinsi mengalami deflasi, dengan deflasi tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar 0,16 persen.
Selama Mei 2014, Di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 2,11 persen dan kualitas GKR juga mengalami penurunan sebesar 2,21 persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan Mei 2014 harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 2,26 persen dan GKR sebesar 3,07 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Mei 2014 turun sebesar Rp 89,54 per kg menjadi Rp 4.161,29 per kg. Sedangkan harga kualitas GKG di Petani mencapai Rp. 4.150,00 per Kg.