Abstraksi
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan September 2014, NTP sebesar 98,08 mengalami penurunan indeks sebesar 0,58 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,16 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,75 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, penurunan terjadi pada 4 subsektor yaitu berturut-turut adalah subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,00 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,96 persen, Peternakan sebesar 0,45 persen, dan subsektor Perikanan sebesar 0,40 persen, sedangkan subsektor Hortikultura meningkat sebesar 0,85 persen.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada September 2014 meningkat sebesar 0,16 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada 3 subsektor yaitu berturut-turut adalah subsektor Hortikultura sebesar 1,58 persen, subsektor Perikanan sebesar 0,28 persen, Peternakan sebesar 0,25 persen, sedangkan subsektor yang mengalami penurunan berturut-turut adalah subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,23 persen dan subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,22 persen.
Pada bulan September 2014 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) meningkat sebesar 0,75 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 110,43 menjadi 111,25. Peningkatan Ib terjadi pada seluruh subsektor, adapun subsektor yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,79 persen, sedangkan subsektor Perikanan mengalami peningkatan terendah yaitu sebesar 0,68 persen
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP September 2014 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 17 Provinsi yang mengalami peningkatan dan 16 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 1,37 persen, diikuti Bangka Belitung sebesar 1,05 persen, dan Kalimantan Timur sebesar 1,01 persen. Sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah sebesar 1,04 persen, diikuti Jambi sebesar 0,94 persen, dan Riau sebesar 0,81 persen.
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan September 2014 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,83 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 111,75 pada bulan Agustus 2014 menjadi 112,68 pada bulan September 2014.
Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan September 2014 disebabkan oleh naiknya harga barang pada subkelompok Bahan Makanan sebesar 1,32 persen; diikuti berturut-turut oleh Pendidikan, Rekreasi, & Olah Raga sebesar 0,68 persen; Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,60 persen; Perumahan sebesar 0,58 persen; Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,36 persen; dan Kesehatan sebesar 0,31 persen. Sedangkan kelompok Sandang mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan September 2014, seluruh Provinsi mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,92 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 0,02 persen.
Selama September 2014, Di tingkat petani, terjadi peningkatan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,09 persen dan kualitas GKR meningkat sebesar 3,45 persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan September 2014 harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi peningkatan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,06 persen dan kualitas GKR meningkat sebesar 3,03 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama September 2014 naik sebesar Rp 47,35 per kg menjadi Rp 4.374,14 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 4.170,00 per Kg. Namun, rata-rata harga gabah secara total (GKP dan GKR) di tingkat petani selama September 2014 turun sebesar 1,14 persen menjadi Rp. 4.216,05 per Kg