Abstraksi
Berdasarkan
hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi
Aceh pada bulan Desember 2014, NTP sebesar 95,64 mengalami penurunan
indeks sebesar 1,30 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima
petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,79 persen atau lebih kecil
dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar
2,11 persen.
Bila
dirinci menurut subsektor, terjadi peningkatan NTP pada 2 subsektor
yaitu subsektor Hortikultura sebesar 0,44 persen dan subsektor Tanaman
Pangan sebesar 0,15 persen, sedangkan 3 subsektor yang mengalami
penurunan adalah Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 4,21 persen,
Perikanan sebesar 1,51 persen, dan subsektor Peternakan sebesar 0,70
persen.
Indeks
Harga yang Diterima Petani (It) pada Desember 2014 meningkat sebesar
0,79 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi
pada 4 subsektor yaitu berturut-turut adalah subsektor Hortikultura
sebesar 2,43 persen, Tanaman Pangan sebesar 2,26 persen, Peternakan
sebesar 1,20 persen, dan Perikanan sebesar 1,03 persen, sedangkan 1
subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman Perkebunan Rakyat
sebesar 2,06 persen.
Pada
bulan Desember 2014 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani
(Ib) meningkat sebesar 2,11 persen bila dibandingkan dengan bulan
sebelumnya, yaitu dari 113,47 menjadi 115,87. Peningkatan Ib terjadi
pada seluruh subsektor, adapun subsektor yang mengalami peningkatan
tertinggi yaitu subsektor Perikanan sebesar 2,58 persen, sedangkan
subsektor Peternakan mengalami peningkatan terendah yaitu sebesar 1,91
persen.
Dari
33 Provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP Desember 2014 terhadap bulan
sebelumnya, terdapat 31 Provinsi yang mengalami penurunan dan hanya 2
Provinsi mengalami peningkatan. Provinsi yang mengalami penurunan
tertinggi berturut-turut adalah Sulawesi Barat sebesar 2,45 persen,
diikuti Sulawesi Utara sebesar 2,27 persen, dan Yogyakarta sebesar 2,16
persen. Sedangkan peningkatan tertinggi terjadi di Banten sebesar 0,71
persen dan Kalimantan Barat sebesar 0,10 persen.
Berdasarkan
pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah
pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Desember 2014 terjadi inflasi di
pedesaan sebesar 2,14 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi
rumahtangga dari 115,26 pada bulan November 2014 menjadi 117,72 pada
bulan Desember 2014. Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah
Provinsi Aceh pada bulan Desember 2014 disebabkan oleh naiknya indeks
harga barang pada subkelompok Transportasi dan Komunikasi sebesar 8,28
persen; diikuti berturut-turut oleh Bahan Makanan sebesar 2,09 persen,
Perumahan sebesar 1,60 persen; Kesehatan sebesar 1,05
persen; Sandang sebesar 0,64 persen; Pendidikan, Rekreasi, & Olah
raga sebesar 0,51 persen serta Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan
Tembakau sebesar 0,42 persen.
Dari
10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Desember 2014,
seluruh Provinsi mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di
Provinsi Kepulauan Riau sebesar 2,98 persen sedangkan inflasi terendah
terjadi di Provinsi Aceh sebesar 2,14 persen.
Selama
Desember 2014, Di tingkat petani, terjadi peningkatan rata-rata harga
gabah kualitas GKP sebesar 11,09 persen dan kualitas GKG sebesar 10,87
persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan
Desember 2014 harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi
peningkatan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 10,28 persen dan
kualitas GKG sebesar 12,90 persen.
Dibandingkan
bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani
selama Desember 2014 naik sebesar Rp 468,51 per kg menjadi 4.694,44 per
kg. Sedangkan harga kualitas GKG di Petani mencapai Rp. 5.100,00 per Kg.