Abstraksi
Berdasarkan
hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi
Aceh pada bulan Januari 2015, NTP sebesar 95,96 mengalami kenaikan
indeks sebesar 0,34 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima
petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,01 persen atau lebih besar
dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar
0,66 persen.
Bila
dirinci menurut subsektor, terjadi peningkatan NTP pada 4 subsektor
yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 2,13 persen, subsektor
Hortikultura sebesar 1,61 persen, subsektor Perikanan sebesar 0,92
persen, dan subsektor Peternakan sebesar 0,28 persen, sedangkan 1
subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman Perkebunan Rakyat
sebesar 2,50 persen.
Indeks
Harga yang Diterima Petani (It) pada Januari 2015 meningkat sebesar
1,01 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi
pada 4 subsektor yaitu berturut-turut adalah subsektor Tanaman Pangan
sebesar 2,99 persen, Hortikultura sebesar 2,30 persen, Perikanan sebesar
1,21 persen, dan Peternakan sebesar 0,90 persen, sedangkan 1 subsektor
yang mengalami penurunan adalah Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,98
persen.
Pada
bulan Januari 2015 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani
(Ib) meningkat sebesar 0,66 persen bila dibandingkan dengan bulan
sebelumnya, yaitu dari 115,87 menjadi 116,63. Peningkatan Ib terjadi
pada seluruh subsektor, adapun subsektor yang mengalami peningkatan
tertinggi yaitu subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,84 persen, sedangkan
subsektor Perikanan mengalami peningkatan terendah yaitu sebesar 0,28
persen.
Dari
33 Provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP Januari 2015 terhadap bulan
sebelumnya, terdapat 27 Provinsi yang mengalami peningkatan dan hanya 6
Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan
tertinggi berturut-turut adalah Nusa Tenggara Barat sebesar 1,46 persen,
diikuti Riau sebesar 1,39 persen, dan Kalimantan Selatan sebesar 1,32
persen. Sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Sumatera Barat sebesar
0,62 persen, Sulawesi Tenggara sebesar 0,29 dan Nusa Tenggara Timur
sebesar 0,14 persen.
Berdasarkan
pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah
pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Januari 2015 terjadi inflasi di
pedesaan sebesar 0,81 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi
rumahtangga dari 117,72 pada bulan Desember 2014 menjadi 118,68 pada
bulan Januari 2015. Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi
Aceh pada bulan Januari 2015 disebabkan oleh naiknya indeks harga
barang pada subkelompok Bahan Makanan sebesar 2,09 diikuti
berturut-turut oleh Kesehatan sebesar 1,51 0persen; Perumahan sebesar
1,45 persen; Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 1,19
persen, Sandang sebesar 1,05 persen; Pendidikan, Rekreasi, & Olah
raga sebesar 0,62 persen sedangkan Transportasi dan Komunikasi turun
sebesar 7,29 persen.
Dari
10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Januari 2015, hanya 2
Provinsi mengalami inflasi yaitu Aceh sebesar 0,81 persen dan Kepulauan
Riau sebesar 0,20 persen, sedangkan 8 Provinsi mengalami deflasi.
Deflasi tertinggi terjadi pada Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,08 persen.
Selama
Januari 2015 Di tingkat petani, terjadi peningkatan rata-rata harga
gabah kualitas GKP sebesar 2,78 persen dan kualitas GKG sebesar 1,96
persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan Januari
2015 harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi peningkatan
rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 2,52 persen dan kualitas GKG
sebesar 1,59 persen.
Dibandingkan
bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani
selama Januari 2015 naik sebesar Rp 130,56 per kg menjadi 4.825,00 per
kg. Sedangkan harga kualitas GKG di Petani mencapai Rp. 5.200,00 per Kg.