Abstraksi
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah
di Provinsi Aceh pada bulan Februari 2015, NTP sebesar 97,12 mengalami
kenaikan indeks sebesar 1,20 persen, hal ini dikarenakan indeks yang
diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,02 persen atau lebih
kecil dari penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) yang menurun
sebesar 1,20 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, terjadi
peningkatan NTP pada seluruh subsektor yaitu subsektor Perikanan sebesar
2,07 persen, subsektor Hortikultura sebesar 1,89 persen, Peternakan
sebesar 1,77 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,40
persen, dan subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,27 persen.
Indeks
Harga yang Diterima Petani (It) pada Februari 2015 menurun sebesar 0,02
persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada 4
subsektor yaitu berturut-turut adalah subsektor Peternakan sebesar 0,96
persen, Perikanan sebesar 0,68 persen, Hortikultura sebesar 0,62 persen,
dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,21 persen, sedangkan 1
subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman Pangan sebesar 1,17
persen.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) menurun sebesar 1,20
persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 116,63
menjadi 115,23. Penurunan Ib terjadi pada seluruh subsektor, adapun
subsektor yang mengalami penurunan tertinggi yaitu subsektor Tanaman
Pangan sebesar 1,44 persen, sedangkan subsektor Peternakan mengalami
penurunan terendah yaitu sebesar 0,80 persen.
Dari 33 Provinsi
yang dilaporkan, perubahan NTP Februari 2015 terhadap bulan sebelumnya,
terdapat 22 Provinsi yang mengalami peningkatan dan hanya 11 Provinsi
mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi
berturut-turut adalah Kalimantan Timur sebesar 1,45 persen, diikuti
Bengkulu sebesar 1,23 persen, dan Aceh sebesar 1,20 persen. Sedangkan
penurunan tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,76 persen, Sulawesi
Tengah sebesar 0,64 dan Sulawesi Selatan sebesar 0,45 persen.
Berdasarkan
pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah
pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Februari 2015 terjadi deflasi di
pedesaan sebesar 1,56 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi
rumahtangga dari 118,68 pada bulan Januari 2015 menjadi 116,82 pada
bulan Februari 2015.
Deflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah
Provinsi Aceh pada bulan Februari 2015 disebabkan oleh turunnya indeks
harga barang pada subkelompok Transportasi & Komunikasi sebesar 3,75
persen diikuti berturut-turut oleh Bahan Makanan sebesar 2,88 persen
dan Perumahan sebesar 0,25 persen sedangkan Kesehatan meningkat
sebesar 0,91 persen, diikuti Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga
sebesar 0,66 persen; Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar
0,43 persen serta Sandang sebesar 0,30 persen.
Dari 10 Provinsi di
Sumatera yang dilaporkan pada bulan Februari 2015, seluruh provinsi
mengalami deflasi, dan yang mengalami deflasi tertinggi yaitu provinsi
Sumatera Barat sebesar 2,10 persen, diikuti provinsi Jambi sebesar 1,68
persen, dan provinsi Aceh sebesar 1,56 persen.
Selama Februari
2015 Di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas
GKP sebesar 2,88 persen dan kualitas GKG sebesar 13,46 persen. Sejalan
dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan Februari 2015 harga
gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi penurunan rata-rata harga
gabah kualitas GKP sebesar 13,75 persen dan kualitas GKG sebesar 12,95
persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah
kualitas GKP di tingkat petani selama Februari 2015 turun sebesar Rp
138,83 per kg menjadi 4.686,17 per kg. Sedangkan harga kualitas GKG di
Petani mencapai Rp. 4.500,00 per Kg.