Abstraksi
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa
daerah di Provinsi Aceh pada bulan Februari 2016, NTP sebesar 97,89 mengalami penurunan indeks sebesar 0,17
persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,32 persen atau
lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,49 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, diketahui bahwa terjadi penurunan NTP pada 3 subsektor
yaitu Peternakan sebesar 0,96 persen, Hortikultura sebesar 0,40 persen, dan Tanaman Pangan
sebesar 0,12 persen, sedangkan 2 subsektor mengalami peningkatan yaitu Perikanan sebesar 0,89 persen
dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,33 persen.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Februari 2016 meningkat sebesar
0,32 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada 4 subsektor yaitu Perikanan
sebesar 1,23 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,88 persen, Tanaman Pangan sebesar 0,45 persen, dan
Hortikultura sebesar 0,04 persen, sedangkan 1 subsektor yang mengalami penurunan yaitu Peternakan
sebesar 0,64 persen.
Pada bulan Februari 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani
(Ib) meningkat sebesar 0,49 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 121,03 menjadi
121,63. Peningkatan Ib terjadi pada 5 subsektor. Adapun subsektor dengan peningkatan Ib tertinggi
terjadi pada Tanaman Pangan sebesar 0,57 persen dan terendah terjadi pada subsektor Peternakan sebesar 0,32
persen
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP Februari 2016
terhadap bulan sebelumnya, terdapat 13 Provinsi yang mengalami peningkatan sedangkan 20 Provinsi mengalami penurunan.
Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Riau sebesar 1,21 persen,
diikuti Sumatera Barat sebesar 1,09 persen, serta Gorontalo sebesar 0,62 persen. Sedangkan Provinsi
yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Jawa Tengah sebesar 0,97 persen, Nusa Tenggara Barat
sebesar 0,64 persen, dan Bangka Belitung sebesar 0,62 persen.
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di
beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Februari 2016 terjadi Inflasi di pedesaan sebesar 0,53 persen
yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 123,42 pada bulan Januari 2016 menjadi 124,07
pada bulan Februari 2016.
Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada
bulan Februari 2016 disebabkan oleh naiknya kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau yang naik sebesar 0,90
persen, diikuti Bahan Makanan sebesar 0,70 persen, Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga sebesar 0,40
persen, Kesehatan 0,38 persen, dan Perumahan sebesar 0,10 persen, sedangkan Transportasi &
Komunikasi dan Sandang masingmasing mengalami penurunan sebesar 0,15 persen dan
0,04 persen.
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Februari
2016, 7 Provinsi mengalami Inflasi dan 3 Provinsi mengalami deflasi. Provinsi yang mengalami Inflasi tertinggi yaitu
Aceh sebesar 0,53 persen, diikuti Sumatera Utara dan Bangka Belitung sebesar 0,46 persen, sedangkan Provinsi yang
mengalami deflasi tertinggi adalah Provinsi Sumatera Barat sebesar 0,61 persen.
Selama Februari 2016, di tingkat petani, terjadi penurunan
rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 0,68 persen dan kualitas GKR turun sebesar 0,72 persen. Sejalan dengan harga gabah
di tingkat petani, pada bulan Februari 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi
penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 0,89 persen dan kualitas GKR turun sebesar 0,14 persen
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP
di tingkat petani selama Februari 2016 turun sebesar Rp 35,48 per kg menjadi 5.161,29 per kg. Sedangkan harga kualitas
GKR di Petani mencapai Rp. 5.137,50 per Kg.