Abstraksi
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa
daerah di Provinsi Aceh pada bulan Maret 2016, NTP sebesar 97,25 mengalami penurunan indeks sebesar 0,66 persen,
hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,58 persen
sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,08 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, diketahui bahwa penurunan NTP pada
3 subsektor yaitu Tanaman Pangan sebesar 2,05 persen, Perikanan sebesar 0,90 persen, dan Tanaman Perkebunan
Rakyat sebesar 0,22 persen, sedangkan 2 subsektor mengalami peningkatan yaitu Hortikultura sebesar
0,65 persen dan Perikanan sebesar 0,004 persen
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Maret 2016 menurun
sebesar 0,58 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Penurunan It terjadi pada 3 subsektor yaitu Tanaman Pangan sebesar
1,95 persen, Perikanan sebesar 1,09 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,14 persen,
sedangkan 2 subsektor yang mengalami peningkatan yaitu Hortikultura sebesar 0,66 persen dan Peternakan
sebesar 0,17 persen.
Pada bulan Maret 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar
Petani (Ib) meningkat sebesar 0,08 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 121,63 menjadi
121,73. Peningkatan Ib terjadi pada 4 subsektor. Adapun subsektor dengan peningkatan Ib tertinggi
terjadi pada Peternakan sebesar 0,17 persen sedangkan subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor
Perikanan sebesar 0,19 persen.
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP Maret 2016 terhadap
bulan sebelumnya, terdapat 10 Provinsi yang mengalami peningkatan sedangkan 23 Provinsi mengalami penurunan.
Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Maluku Utara sebesar 0,73
persen, diikuti Bengkulu sebesar 0,64 persen, serta Sulawesi Tengah sebesar 0,59 persen. Sedangkan
Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Banten sebesar 1,72 persen, Jawa Timur sebesar
1,48 persen, dan Jawa Barat sebesar 1,47 persen.
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di
beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Maret 2016 terjadi Inflasi di pedesaan sebesar 0,05 persen
yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 124,07 pada bulan Februari 2016 menjadi 124,14 pada
bulan Maret 2016.
Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada
bulan Maret 2016 disebabkan oleh naiknya kelompok Kesehatan sebesar 0,56 persen; diikuti oleh Makanan Jadi, Minuman,
Rokok, dan Tembakau yang naik sebesar 0,36 persen; Sandang sebesar 0,21 persen; Perumahan sebesar 0,19
persen; Pendidikan,Rekreasi, & Olah raga sebesar 0,14 persen; sedangkan Bahan Makanan deflasi
sebesar 0,14 persen dan Transportasi & Komunikasi juga deflasi sebesar 0,13 persen.
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Maret
2016, seluruh Provinsi mengalami Inflasi. Provinsi yang mengalami Inflasi tertinggi yaitu Sumatera Barat sebesar 1,82
persen, diikuti Lampung sebesar 1,34 persen dan Jambi sebesar 1,19 persen, sedangkan Provinsi yang mengalami
inflasi terendah adalahProvinsi Aceh sebesar 0,05 persen.
Selama Maret 2016, di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata
harga gabah kualitas GKP sebesar 9,83 persen dan kualitas GKR turun sebesar 0,05 persen. Sejalan dengan harga gabah
di tingkat petani, pada bulan Maret 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi penurunan
rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 9,75 persen dan kualitas GKR turun sebesar 0,57 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP
di tingkat petani selama Maret 2016turun sebesar Rp 507,12 per kg menjadi 4.654,17 per kg. Sedangkan harga
kualitas GKR di Petanimencapai Rp. 5.135,00 per Kg.